Jumungah Paing 10 Rêjêb Warsa Je 1958 - Lanjutan prosesi persiapan jelang Upacara Tingalan Dalem Jumenengan ( upacara kenaikan tahta raja ), Karaton Surakarta Hadiningrat kembali menggelar Jamasan Gangsa Kyai Kancil Belik.
Gangsa Kyai Kancil Belik
Kyai Kancil Belik adalah gamelan berlaras pelog karya dari Sri Susuhunan Paku Buwana IV yang dibuat pada tahun 1796.
Berdasarkan sengkalan yang tertulis dalam plangkan ( penyangga ) gender panerusnya, gamelan ini dibuat antara tanggal 7 Juli 1796 sampai dengan 25 Juni 1797. Tulisan yang tertera di penyangga gender panerus Kyai Kancil Belik tertulis : Kagungan dalem gender panerusipun Kyai Kancil Belik, Alip, sinangkalan wignyaning pambeksa ginenderan janma.
Latar belakang diciptakannya Gamelan Kyai Kancil belik awalnya digunakan untuk iringan tari bedhaya dan wireng. Dalam perkembangannya Gamelan Kyai Kancil Belik hanya dipergunakan untuk sajian klenengan gending bonang atau gending-gending bonangan. Gamelan ini didominasi oleh warna hijau-merah, dengan hiasan sulur tanaman ( lung-lungan ) dan lidah api ( modang ) berwarna emas. Kyai Kancil Belik memiliki laras yang lebih rendah dan biasanya cocok disajikan sebagai klenengan manguyu-uyu gendhing bonangan.
Seperangkat gangsa Kyai Kancil Belik terdiri dari : dua bonang barung, dua bonang penerus, dua slentho, dua demung, empat saron barung, dua saron penerus, dua buah kempyang, enam buah kenong, tiga buah gong suwukan, dua buah gong ageng, satu gambang gangsa,dua gambang, satu kendang ageng, dan satu kendang penunthung, gender barung, dan gender penerus.
Gamelan ini disimpan di Gedhong Museum Karaton Surakarta dan dijamasi ( dibersihkan ) menjelang Upacara Tingalan Dalem Jumenengan. Kyai Kancil Belik akan ditempatkan di Bangsal Pradangga dan digunakan khusus untuk menyajikan gending-gending bonang pada saat upacara midodareni serta pagi hari saat tingalan jumenengan.
( Tradisi midodareni dalam konteks ini berbeda dengan midodareni pada upacara midodareni malam pengantin di masyarakat. Midodareni didalam keraton merupakan wujud pemanjatan doa untuk keselamatan dan tirakatan yang diselenggarakan pada malam sebelum acara hari peringatan tingalan jumenengan, agar acara pada esok harinya berjalan dengan lancar. )