(13/11/2023) Wilujengan Nagari – Mahesa Lawung merupakan ritual yang diselenggarakan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat, yang bertujuan sebagai ucapan syukur serta permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi Keraton Surakarta sekaligus bangsa dan negara. Upacara ritual Wilujengan Nagari – Mahesa Lawung yang digelar pada setiap pisowanan pungkasan dalam bulan Rabingul Akir atau bulan Bakda Mulud, kali ini jatuh bertepatan pada hari Senin, 13 November 2023.
Prosesi dimulainya ritual ini adalah dengan mengusung uborampe sesaji yang telah disiapkan dari Dapur Gondorasan ke Bangsal Sewayana kompleks Siti Hinggil Keraton Surakarta Hadiningrat. Proses mengusung sesaji ini dilakukan oleh para abdi dalem keparak putri, ulama keraton, abdi dalem Suranata, serta abdi dalem pangkat jajar.

Sesampainya di Bangsal Sewayana sesaji diletakkan di atas meja yang telah disiapkan dengan dikelilingi oleh para abdi dalem dan sentana dalem. Setelah pemanjatan doa dalam ritual Wilujengan Nagari Mahesa Lawung, selanjutnya sesaji kepala kerbau, manten sepasang, sesaji yang dibalut dengan kain sindur, dan sajen pepak ageng dibawa ke alas atau hutan Krendowahono.

Tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung yang dilaksanakan di hutan Krendowahono merupakan lanjutan dari prosesi ritual Wilujengan Nagari yang dilaksanakan di Siti Hinggil Keraton Surakarta. Sesaji yang kemudian diletakkan di atas pundhen yang berada di bawah pohon beringin putih di tengah hutan, yang dipercaya sebagai tempat sakral sekaligus kedhaton dari Kangjeng Ratu Batari Kalayuwati. Batari Kalayuwati merupakan putri dari Batari Durga yang dipercaya sebagai penguasa jin, brekasakan, drubiksa, priprayangan, ilu-ilu, banaspati, wewe, gandarwa, dan berbagai makhluk gaib lainnya. Sesaji yang diletakkan di atas pundhen ini kemudian didoakan, dan setelah proses doa telah selesai, pemanjatan doa dilakukan secara bergiliran para putra sentana bergiliran yang berdoa secara pribadi dengan bergiliran menaiki pundhen.
Setelah ritual pemanjatan doa telah selesai, kemudian sesaji yang berupa kepala kerbau dikubur di hutan Krendowahono yang tidak jauh dari lokasi pundhen beringin putih. Ritual ini kemudian ditutup dengan melepaskan satwa seperti burung, ayam, ular, ulat dan beberapa satwa lain ke alam liar. Tradisi ritual Mahesa Lawung yang digelar oleh Keraton Surakarta Hadiningrat ini merupakan ungkapan rasa syukur sekaligus permohonan keselamatan serta kesejahteraan terhadap Keraton Surakarta, bangsa dan negara. Berangkat dari pengetahuan kepercayaan manusia bahwa Tuhan menciptakan dunia tidak hanya untuk dihuni makhluk-Nya yang bersifat nyata, namun juga yang bersifat gaib untuk turut menempati dunia sebagaimana manusia. Karena itu, manusia yang dikarunia akal budi oleh Tuhan Yang Maha Esa, merasa perlu untuk dapat menyambung dan menjaga keharmonisan antar sesama mahkluk ciptaan Tuhan. Sesaji Mahesa Lawung yang dilaksanakan oleh Keraton Surakarta ini, sebagai sarana untuk mencapai tujuan membangun keharmonisan antar sesama mahkluk Tuhan tersebut. Secara lebih luas, Sesaji Mahesa Lawung juga sebagai sarana penyelaras antara jagad cilik dan jagad gedhe.